CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2, Hasrat-Bispak47 Kami balik arah, serta mereka berdua temaniku balik ke kelas. Serta ke-2  pujaan hatiku ini gak jemu suntuknya menarik serta mengejekku mengenai Andy. Saya kembali lagi gak dapat membalasnya, cuma tersenyum malu dan pasrah terima semuanya ini. Saya cuman dapat mengharapkan kami selekasnya hingga ke kelasku. Tetapi di saat kami sampai di muka pintu kelas, tiba-tiba saya terasa ingin buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya ingin ke toilet, kelak kalaupun ditanyan pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan pada Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… gak mesti ah… tidak lama saja kok", kataku sembari ketawa geli.

"Ya telah dech, tidak boleh semakin lama ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama-sama lambaikan tangan dengan Sherly, setelah itu masuk ke kelas.

Sherly sendiri selalu menggamit tanganku. Sebetulnya saya sedikit geli digandeng oleh Sherly dengan mesra semacam ini, namun saya menurut saja sekalian mengharapkan dalam hati mudah-mudahan tak ada yang berprasangka buruk lihat kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Pada akhirnya kami hingga sampai di muka pintu kelasnya Sherly, serta saya tunggu Sherly membebaskan gandengan pada tanganku.

"Sudah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sekalian tersenyum di Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Gak mesti dech, saya kan cuma sesaat", jawabku dengan berbisik juga, serta kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, hingga kelak ya Eliza", kata Sherly dengan style sedih, tetapi dia angkat tangannya.

"Iya, sampai kelak", saya menjawab sembari angkat tanganku , lalu saya selekasnya ketujuan toilet.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2

Di saat saya bakal masuk, saya berpapasan dengan Vera yang anyar keluar toilet. Kami sempat sama sama sapa, dan diam diam saya berasa bertanya-tanya, kenapa barusan Vera tersenyum aneh begitu waktu dia melihatku.

Entahlah, lalu saya lagi masuk ke toilet wanita ini, serta dengan asal-asalan saya pilih satu diantaranya dari 6 kamar kecil yang ada pada dalam sini. Sesudah saya tuntas buang air kecil serta mengatur pakaian dan rok seragamku, saya lekas keluar untuk kembali lagi ke kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terhenti saat tiba-tiba ada sebuah tangan yang membungkam mulutku.

Belum saya bereaksi, sebuah tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku dan menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati seram, namun pelukan ini sangat kuat, sampai tanpa ada perlawanan yang bermakna, saya udah terbawa masuk ke gudang yang ada pada samping toilet, tempat di mana Vera entahlah digagahi atau tengan layani Dedi dan Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menggeretku ke ujung tempat ini, sampai kami ada pada balik timbunan meja dan bangku tua. Tiada melepaskan bekapan tangannya di mulutku, dia menghimpit bahuku sampai saya berjongkok, serta tidak lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu gak boleh ribut! Sesaat lagi ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini pada telinga kiriku.

Nada ini membuatku takut sebab saya tahu ini suara Dedi. Saya termenung sebentar, lalu saya mengacaukank perlahan. Lebih bagus saya menurutinya, karena bila saya mengundang kemelut, lalu banyak yang ketahui saya di gudang ini tengah berduaan dengan Dedi, apa saja faktanya namaku pasti remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan di mulutku dilepaskan, dan saya diam saja tanpa ada usaha lihat ke Dedi. Di gudang ini tidak tahu bakal ada tontonan apa, tetapi sehabis tontonan itu usai, saya takut Dedi gak akan membiarkanku pergi demikian saja saat sebelum memaksakan saya layani hasrat birahinya dalam gudang ini.

Saya tengah tidak suasana hati untuk ngeseks kini. Diam diam saya memikir bagaimana agar ini hari saya tak harus memasrahkan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki biadab ini. Kemungkinan saya dapat coba tawarkan service oral dengan argumen saya gak ingin diketahui pihak lain lantaran saya mengesah, atau saya takut ditanya guru di kelasku sebab saya kelamaan ada dalam toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku serta tidak memaksakanku untuk ngeseks dengannya. Pada saat saya memikir adakah argumen yang lebih baik, tiba-tiba kurasakan Dedi menggandeng lenganku, serta saya arahkan penglihatan mataku menuju yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya termangu menyaksikan masuknya seseorang cebol yang kukenali selaku pelayan satu diantara stan di kantin sekolah. Saya tidak tahu nama sang cebol ini, tetapi saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja merupakan Cie Fifi, orang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya sekitaran 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini sukai memandang tajam menuju Jenny, Sherly, saya, dan siswi lain yang makan di kantin. Tidak tahu apa yang dibutuhkan Dedi dengan menarikku ke gudang ini pada saat ia mengetahui sang cebol ini dapat masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan semaunya di bangku yang berada pada tengah area ini. Saya tidak ketahui apa yang tengah dilaksanakan, apa menanti seorang, atau dia memiliki rencana suatu hal lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Tau-tau pintu gudang ini terbuka kembali, serta saya tercenung menyaksikan kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut paras kecewa. Namun anehnya Cie Fifi justru hampiri sang cebol yang tengah tersenyum senyuman menjijikan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuma diam tidak menjawab.

Tidak berapa lama kemudian sang cebol berdiri, serta seterusnya jantungku berdebar-debar kuat memandang sebuah panorama erotis yang mengagetkan tersuguh di hadapanku.

Sang cebol menyelisip masuk ke rok Cie Fifi yang cuman diam saja. Kepala sang cebol yang sekarang berada di dalam rok Cie Fifi, cocok di muka pangkal paha Cie Fifi membuat sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sembari pejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri.

Saya lagi mencermati sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti ialah kepala sang cebol itu bergerak gerak, bikin hasratku perlahan-lahan bangun, dan saya harus usaha atur napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut pula turut gigit bibir?", tau-tau kudengar bisikan Dedi.

Parasku berasa panas, saya baru sadar kalaupun nyatanya saya pun menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan dongkol. Namun pastinya saya tidak dapat melakukan hal beberapa macam dibanding nasibku malahan jadi bertambah jelek. Saya gak tahu apa yang hendak berlangsung padaku jika saya membuat kericuhan yang menyebabkan sang cebol ini tahu saya berada pada sini.

Dedi cuma tersenyum senyuman, sama menjijikannya dengan senyum sang cebol barusan. Serta saya gak dapat banyak berbuat di saat Dedi yang memangku badanku ini merengkuhku dari belakang dan memulai menarikku.

Dengan ke-2  tangannya yang mengitari badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, kadangkala halus, kadang-kadang kasar, yang jelas tingkah Dedi ini membuatku resah dan jantungku berdetak kian kuat.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2

Saya gak berani menepiskan karena saya takut tepisanku mungkin memunculkan nada yang mungkin kedengar oleh sang cebol itu maupun Cie Fifi. Saya cuma dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang jauh makin besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, serta saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk bebaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Namun tangan Dedi sangat kuat untukku buat kusingkirkan demikian saja. Saya menggelinjang kurang kuat, fokusku untuk menyaksikan bab erotis di hadapanku ini mulai bubar sebab saya sendiri sudah memulai terangsang gara-gara tingkah Dedi yang tetap meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, tetapi kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat serta selalu meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar bakal peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya lihat mengarah Cie Fifi. Rupanya dia lagi pejamkan mata dan mendesah tidak karuan sekalian memegang sembulan di bagian depan rok yang dikenainya, yang benar merupakan kepala sang cebol.

Meskipun jantungku berdegap kuat lihat itu semua, merasa sakit pada ke-2  payudaraku membuatku kembali mengulet, dan saya coba menghindari payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Namun dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi masih menempel kuat dan terus memberinya remasan pada ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai rusuh dan napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan namun pastilah, saya mulai teraniaya gara-gara rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Selanjutnya saya memutuskan stop menggerakkan badanku, namun saya coba menggenggam serta menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot mainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku gak bakal ada maknanya untuk Dedi, tetapi saya tidak ingin berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju pada fragmen erotis di depanku. Entahlah mulai sejak kapan, saya menyaksikan satu helai celana dalam yang tergelintang di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu pastilah celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Serta Cie Fifi yang sekarang sedikit membungkuk, mendesah dan mendesah dengan paras seperti membatasi sakit saat sang cebol repot dalam rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, mengandaikan di rok Cie Fifi itu tak ada lembar celana dalam yang membuat perlindungan vagina Cie Fifi. Serta saat ini sang cebol itu entahlah sedang menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyeruput serta memagut bibir vagina Cie Fifi, atau sedang merayu serta mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau mungkin dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini makin jadi selesai.  Saya sangat terangsang, tidak tahu karena remasan nakal yang sedang dilakukan Dedi di ke-2  payudaraku, atau karena pikiranku yang melayang-layang mengayalkan apa yang berlangsung dalam rok Cie Fifi itu.

Dan badanku menggigil waktu saya hampir tidak dapat meredam diriku untuk mengerang karena Dedi mencium tengkuk leherku, dan kondisi jadi makin sukar buatku waktu saya rasakan jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awalan Deritaku

"Saya pula baru ketahui sekitaran dua pekan yang lalu, jika bu Fifi itu bisa juga difungsikan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Mau rasanya saya menampar Dedi sebab ucapannya yang sangat kurang ajar itu. Tetapi saya gak berani melaksanakannya, selain saya takut kehadiranku di sini tertangkap oleh Cie Fifi serta terlebih sang cebol, saya gak ingin terima balasan yang aneh aneh dari Dedi dan membikin nasibku makin jelek.

Jadi saya cuma dapat memandang Dedi dengan jengkel, namun bibirku malahan dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku serta membatasi rintihanku. Saya cuma dapat pasrah membebaskan Dedi melumat bibirku hingga ia senang.

Namun waktu napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, serta saya cepat usaha atur napasku sepelan barangkali biar dengusan napasku ini tidak sampai kedengar Cie Fifi atau sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2

"Nungging di sono, Fifi", tau-tau kudengar nada sang cebol, yang tanpa ada malu memerintah Cie Fifi langsung mengatakan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali mencermati mereka. Telunjuk sang cebol menuju ke selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia menanti Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari udah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 menyentak di sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1 kali kembali. Telah cepat nungging", sang cebol menyetujui.

Kendati raut paras Cie Fifi dilihat geram, Cie Fifi mengikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menyanggakan ke-2  tangannya di lantai. Selanjutnya Cie Fifi merendahkan badannya dan menggantungkan kepalanya di ke-2  tangannya yang saat ini terlipat tetapi masih menyangga di lantai.

Tanpa berbicara apa manalagi, sang cebol melepaskan celana panjang dan celana dalamnya yang rada kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang telah menungging itu serta membuka rok Cie Fifi ke atas. Tiada perlawanan sekalipun dari Cie Fifi waktu celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol udah siap-siap untuk nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri ada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya lumayan direntangkan sedikit, dan sejenak kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol telah memulai bergerak mundur-maju dibarengi desahan dan rintihan Cie Fifi. Entahlah semenjak kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, tetapi apabila sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya kurang begitu terheran-heran menyaksikan sikap sang cebol yang berani dan semaunya seperti barusan.

Saya tidak pernah menduga Cie Fifi yang setiap hari tampak demikian ramah dan enerjik, nyatanya mengubur permasalahan yang tidak selisih jauh denganku. Saya berasa belas kasih di Cie Fifi biarpun dari perbincangan mereka barusan, kemungkinan Cie Fifi tinggal 1 kali kembali memasrahkan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Akan tetapi suatu remasan kurang ajar di ke-2  payudaraku ini menyadarkanku jika kini nasibku tidak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya pula pengen sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, serta dia terus meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya menggeliang kesakitan. Dan kata-kata Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi akan memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terkenang teror Dedi pada tempat tambal ban itu, dan hal tersebut membuatku was-was sebab tidak lama lagi saya dapat memperoleh permasalahan bila Dedi ketahui saya pakai celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terlintas terkait beberapa argumen yang kupikirkan barusan. Saat ini tinggal bagaimana triknya saya meminta biar Dedi ingin dengar alasanku serta tak memaksakanku buat ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mendesah sampai saya kembali memerhatikan Cie Fifi.

Nyatanya sang cebol sedang bergairah memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi tergoyang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Namun saya kembali menggeliang kesakitan saat Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan jengkel di Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi kurang ajar sekalian meremas bongkahan payudaraku 1x kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi geram, dan dia cuma tersenyum senyuman, kelihatannya dia suka seusai jadikan ke-2  payudaraku ini mainannya semenjak barusan.

Nada rintihan Cie Fifi ditambah lagi dengusan sang cebol, membikin situasi di gudang ini jadi sedikit ribut, karenanya saya berpikiran ini saat yang cocok untuk memberikan tujuan dan alasanku di Dedi tanpa ada takut kedengar oleh Cie Fifi atau sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEKSI PART2

"Ded, saya barusan itu hanya pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, ngerinya kelak saya dimaki sama guru bila saya kelamaan di sini.", saya berbisik perlahan sembari memandang Dedi dan melepaskan celana panjangnya seperlunya.

Dedi diam, kelihatannya dia sedang berpikiran.

"Ya udah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, dan saya selekasnya turunkan celana dalam Dedi buat cari penisnya. Saya tercenung sebentar lihat penis itu telah ereksi, dan di saat saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Telah berdiri Cantik… dikarenakan kamu", bisik Dedi dengan berlaga mesra.

Saya sedikit geli pun dengar rayuan porno Dedi. Namun saya gak ingin menghabiskan waktu, saya lekas mulai menarik penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara halus.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol merintih, serta sewaktu saya melirik menjurus mereka, saya menyaksikan sang cebol lagi menarik penisnya.

Rupanya sang cebol cepat juga keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari rata-rata punya banyak pejantan yang sempat mencabuliku?

Saat ini Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, semenjak barusan Cie Fifi cuman mendesah atau mengerang saja, namun gak hingga melenguh layaknya seperti wanita yang lagi alami orgasme. Apa lantaran penis sang cebol itu sangat pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu pula seperti penis punya wali kelasku, yang benyek dan cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama